Rabu, 18 Januari 2012

MULTI METODE MEMBACA SISTEM 12 LANGKAH

BLOG INDUK :  diklik
http://blograsyad.blogspot.com      (semua blog)



Silahkan setelah membuka blog ini you tube kami dibuka/diklik: 1.http://www.youtube.com/watch?v=kc5W_QtCmNA pompa           spiral pertamakali dicoba di halaman rumah th 2008 2.http://youtu.be/A737TB0brQI pompa spiral dicoba di sungai 3.http://youtu.be/KftWrvp7RDk pompa spiral dicoba di darat 4.http://www.youtube.com/watch?v=vLwdbpKkhZg kotak meter




MULTI METODE MEMBACA SISTEM 12 LANGKAH
(Disusun th.2009 oleh: M.Rasyad, Guru SDN Cenlecen 2, Pakong-Pamekasan-Madura)
Abstrak
Dalam kegiatan belajar membaca permulaan tanpa buku di kelas satu sekolah dasar sering dijumpai beberapa siswa mengalami kesulitan dalam memahami bentuk tulisan dan pelafalan. Salah satu penyebab yang menarik untuk ditelaah adalah mengenai metode. Selama ini berbagai macam metode membaca dan metode lainnya diterapkan secara terpisah-pisah tidak ada keterkaitan antara metode yang satu dengan yang lainnya serta tidak memperhatikan urgensi metode sehingga pelajaran yang disajikan menimbulkan kesulitan bagi siswa. Dengan demikian bagaimana mempermudah siswa dalam memahami bentuk tulisan dan pelafalan melalui penerapan multi metode yang menggabungkan beragam metode membaca dengan metode lainnya kedalam pola-pola kegiatan belajar membaca yang sesuai dengan modalitas dan karakteristik anak usia SD. Oleh sebab itu perlu adanya upaya menelaah berbagai macam metode dengan tujuan agar nantinya dapat dideskripsikan cara penerapan multi metode membaca yang menggabungkan beragam metode membaca dengan metode lainnya secara sinergi kedalam pola-pola kegiatan belajar membaca yang sesuai dengan modalitas dan karakteristik anak usia SD sehingga dapat mempermudah  siswa dalam memahami bentuk tulisan dan pelafalan. Dari penelaahan berbagai macam metode tersebut dihasilkan suatu bentuk metode membaca, yaitu berupa: “Multi Metode Membaca Sistem 12 Langkah” yang bersifat komprehensip, sistematik dan sistemik. Metode tersebut dapat digunakan sebagai informasi baru bagi para akademisi, peneliti dan pemerhati pendidikan dalam upaya mengembangkan metode membaca. Sedangkan bagi para praktisi (pendidik) dapat digunakan sebagai solusi dalam mengajar siswa membaca agar mudah memahami bentuk tulisan dan pelafalan. Penerapan multi metode membaca tersebut sangat terkait erat dengan penyusunan materi awal pelajaran yang harus dirancang lebih dahulu sebelum pelaksanaan proses belajar mengajar. Kemudian materi awal tersebut diimplementasikan dan dikembangkan lebih lanjut melalui pola-pola kegiatan belajar membaca sebanyak 12 langkah. 



I. Menyusun Materi dan Metode Membaca
Dalam Pola-Pola Kegiatan
                                                     
1.   Menyusun Materi Awal Pelajaran                                                                                             
Pada dasarnya kegiatan belajar mengajar membaca permulaan tanpa buku di kelas satu sekolah dasar haruslah bersesuaian dengan perkembangan bahasa anak. Dalam pelajaran bahasa Indonesia di kelas satu sangat tepat apabila kata-kata yang akan diajarkan kepada siswa mengandung fonem-fonem yang secara bertahap berkembang pada anak sejak anak mulai belajar berbicara hingga anak masuk di kelas satu SD. Urutan fonem-fonem tersebut yang banyak diucapkan anak secara bertahap sesuai perkembangannya bila ditulis dalam bentuk huruf adalah:
Tahap I         :  a,i,n, dan m.
Tahap II        :  u dan b.
Tahap III       :  e dan p.
Tahap IV       :  o dan l.
Tahap V        :  h da t.
Tahap VI       :  d dan s.
Apabila huruf-huruf / fonem-fonem tersebut dirangkaikan dengan menggunakan papan catur (persegi berpetak) maka akan terbentuk rangkaian huruf / fonem yang berstruktur vv, kv dan vk.
Pada papan catur rangkaian huruf/fonem bagian tahap I sampai tahap IV merupakan kelompok huruf/fonem yang rangkaian hurufnya/fonemnya saling terkait. Sedangkan pada tahap V dan VI hanya sebagian saja. Hal tersebut menunjukkan bahwa rangkaian huruf/fonem vv, kv dan vk merupakan rangkaian-rangkaian huruf/fonem yang berlapis berulang, sehingga bila dijadikan bahan pelajaran belajar membaca maka banyak memberi keuntungan, karena:
1) Bahan pelajaran tersebut disajikan secara bertahap sehingga sesuai dengan perkembangan kemampuan siswa.
2)   Huruf-huruf/fonem-fonem tersebut urutannya sesuai dengan perkembangan bahasa siswa.
3)  Bila rangkaian huruf-huruf/fonem-fonem tersebut saling dirangkaikan sehingga menjadi kata-kata sehari-hari (bahasa anak) maka akan menjadi bahan pelajaran yang komunikatif.
4)  Dapat memperkuat daya ingat siswa sebab bahan  pelajarannya saling terkait dari tahap I hingga tahap VI.
5)  Dapat memikat perhatian anak sebab mudah dan bermakna (tiap tahapnya berbeda huruf/fonem, berbeda rangkaian huruf/fonem dan berbeda kata yang terbentuk).
Hasil perangkaian huruf/fonem melalui papan catur tersebut di atas dapat disusun materi awal pelajaran yang terdiri dari kata-kata terpilih (kata yang merupakan penggabungan dari beberapa rangkaian huruf/fonem tanpa huruf mati) dan kata-kata yang berakhir dengan huruf mati, yaitu:
Tahap I      :  Kelompok huruf/fonem a, i, n, dan m.
               Kata-kata terpilih: ani, mina, ima dan sebagainya.
               Kata-kata yang berakhir dengan huruf mati: main, aman, iman, imam, niman,
               naim, anam, mamam, mimim, mimin dan sebagainya                          
Tahap II     :  Kelompok huruf/fonem u dan b ditambah huruf-huruf/fonem-fonem pada tahap I.
               Kata-kata terpilih: banu, ibu, ubi, bimu dan sebagainya.
               Kata-kata yang berakhir dengan huruf mati: bab, aib, ubun-ubun, namun,
               ummi, umum, minum dan sebagainya. 
Tahap III  :    Kelompok huruf/fonem e dan p ditambah huruf-huruf/fonem-fonem pada tahap I dan II.
               Kata-kata terpilih: eme, papi, bene, pena, pumeni dan sebagainya.
               Kata-kata yang berakhir dengan huruf mati: uap, map, inap, embun, munip,
               enne dan sebagainya.
Tahap IV  :    Kelompok huruf/fonem o dan l ditambah huruf-huruf/fonem-fonem pada tahap I, II, dan III.
               Kata-kata terpilih: pono, oli, bola, palu, mole, belo dan sebagainya.
               Kata-kata yang berakhir dengan huruf mati: amal, amil, nil, mol, bon, om,                      
               bom, pop dan sebagainya.
Tahap V  :     Kelompok huruf/fonem h dan t ditambah huruf-huruf/fonem-fonem pada tahap I, II, III dan IV.
               Kata-kata terpilih: itu, toha, tati, heni, tahu, tebu, honi dan sebagainya.
               Kata-kata yang berakhir dengan huruf mati: ubah, buih, penuh, aneh, heboh,
               buat, bait, maut, paut, mepet, bobot dan sebagainya.
Tahap VI  :   Kelompok huruf/fonem d dan s ditambah huruf-huruf/fonem-fonem pada tahap I, II, III, IV dan V.
               Kata-kata terpilih:susi, sepeda, sado, soto, ada, dua, di desa dan sebagainya                
               Kata-kata yang berakhir dengan huruf mati: abad, mas, emas, basis, asis,                          
               manis, bus, es, tes, pos, bos dan sebagainya. 
  
2.   Menyusun Metode Dalam Pola-Pola Kegiatan
Pada awal tahun pelajaran di kelas satu sekolah dasar pelajaran belajar membaca permulaan tanpa buku memerlukan perhatian serius sehingga guru harus benar-benar tepat dalam menentukan metode yang akan diterapkan.
Metode memiliki peran penting dalam kegiatan proses belajar mengajar karena tidak mungkin dalam kegiatan tersebut dilaksanakan tanpa metode sehingga metode merupakan keharusan dan bagian dari strategi pembelajaran. Metode adalah teknik atau seni mengajar bagaimana agar materi pelajaran yang disampaikan dapat dipahami siswa.
Untuk memudahkan uraian ini maka istilah metode dibagi kedalam dua macam kelompok, yaitu metode membaca dan metode lainnya. Dalam metode membaca dikenal dengan  adanya metode eja (melafalkan bunyi huruf atau fonem), metode huruf (menyebut nama huruf), metode suku kata, metode kata dan metode kalimat. Sedangkan pada metode lainnya dikenal adanya metode bertanya, diskusi, penemuan/inkuiri, permainan, pemberian tugas, kerja kelompok, bercerita atau ceramah, pemecahan masalah dan lain-lainnya.
Dalam pelajaran membaca penerapan berbagai macam metode baik metode membaca maupun metode lainnya tentu tidak serta merta langsung diterapkan tetapi terlebih dahulu dipilih dan ditentukan urutannya sehingga benar-benar tepat dalam penerapannya.
Penerapan dari masing-masing metode dalam kelompok metode membaca yang beragam tersebut tentu memiliki tujuan yang berbeda-beda tetapi secara umum bertujuan agar siswa dapat memahami bentuk tulisan dan pelafalan. Demikian juga penerapan dari masing-masing metode dalam kelompok metode lainnya yang juga beragam tentu memiliki tujuan yang berbeda-beda pula tetapi secara umum bertujuan agar siswa mudah memahami materi pelajaran yang diterimanya baik yang didengar, dilihat, dirasakan, dialami maupun yang dibacanya.
Dengan demikian berbagai macam metode baik dalam metode membaca maupun dalam metode lainnya yang berbeda-beda tujuan tersebut perlu diadakan pemilihan, pengurutan dan penggabungan dengan tepat dalam suatu bentuk multi metode yang dapat diterapkan secara sinergi kedalam pola-pola kegiatan belajar membaca yang sesuai dengan modalitas dan karakteristik anak usia SD.
Disini metode kalimat dalam kelompok metode membaca sangat tepat apabila diterapkan paling awal dalam kegiatan proses belajar mengajar. Kemudian pada metode kata lalu metode suku kata dan terakhir pada metode eja. Jadi dari segi bentuk dan materi siswa terlebih dahulu diberi pelajaran dalam bentuk global dengan materi yang bermakna yaitu kalimat dan kata kemudian kebentuk bagian-bagian dengan materi yang tidak bermakna yaitu suku kata dan huruf/fonem. Sedangkan penerapan kelompok metode lainnya dapat diselipkan diantara kelompok metode membaca seperti metode berceritera, permainan, penemuan, dan poster/pajangan.
Berikut ini multi metode membaca yang disusun terurai kedalam pola-pola kegiatan belajar membaca, yaitu:
1.   Menyusun Wacana
2.   Menceritakan Isi Wacana Atau Membaca Wacana
3.   Main Tebak Kata
4.   Analisis Kata
5.   Main Tebak Suku Kata
6.   Penemuan Pelafalan dan Tulisan Kata-Kata Baru (bagian pertama)
7.   Analisis Suku Kata
8.   Main Tebak Fonem
9.   Penemuan Pelafalan dan Tulisan Kata-Kata Baru (bagian kedua)
10. Mengeja dan Membaca Kata yang Berakhir dengan Huruf Mati
11. Menguji Ulang Struktur Kognitif Siswa
12. Pemajangan


II.  Pembahasan Penerapan Multi Metode Membaca dengan
Materi Awal Pelajaran Ke Dalam Pola-Pola Kegiatan Belajar

Penerapan multi metode membaca hasil penggabungan dari dua macam kelompok metode yang terurai kedalam 12 pola-pola kegiatan belajar membaca dengan materi awal pelajaran dapat diperjelas dengan bahasan sebagai berikut:

1.  Menyusun Wacana
Menyusun wacana merupakan langkah pertama. Pada langkah ini guru berupaya menyusun wacana pada secarik kertas (untuk diceritakan) atau pada papan tulis (untuk dibacakan) dengan menggunakan materi awal pelajaran (kata-kata terpilih pada bab I) sebagai isi wacana sesuai pertahapnya.
Mengapa dengan wacana? Bahan pelajaran belajar membaca haruslah yang bermakna lengkap dan dimengerti siswa. Bahan pelajaran yang demikian tentu akan mudah dipahami siswa karena mengandung cerita sehingga dapat dikatakan sebagai bahan pelajaran yang komunikatif dan bermakna. Dan secara tidak langsung siswa sejak dini telah mulai diperkenalkan pada pelajaran satuan bahasa yang terlengkap baik bentuk maupun maknanya, yaitu wacana.

2.  Menceritakan Isi Wacana Atau Membaca Wacana
Langkah kedua menceritakan isi wacana atau membaca wacana. Pada bagian ini guru bercerita tentang isi wacana yang telah disusunnya atau bersama siswa membaca wacana yang telah ditulis pada papan tulis dengan dibaca secara berulang-ulang. Setelah itu guru menulis kata-kata terpilih pada papan tulis untuk dijadikan materi pelajaran pada kegiatan  berikutnya (langkah ke 3).
Mengapa demikian? Mendengarkan cerita bagi siswa adalah hal yang sangat menarik. Sedangkan membaca wacana bagi siswa sangat dibutuhkan agar lidah yang semula  kaku lambat laun akan mudah mengucapkan kata-kata. Selain itu wacana yang diceritakan atau yang dibacakan berulang-ulang akan memberi pemahaman pada siswa bahwa apa yang didengarnya atau yang dibacanya mengandung cerita atau isi yang berbeda sekali dengan corat coret yang biasa mereka lakukan.

3.  Main Tebak Kata
Pada langkah ketiga, yaitu main tebak kata. Langkah ini dilaksanakan dengan permainan tebak-tebakan  kata-kata terpilih yang telah ditulis pada papan tulis disaat langkah ke 2. Pada permainan tersebut penulisan letak kata-kata terpilih dipertukarkan sedemikian rupa kemudian kata demi kata disuruh tebak kepada siswa bagaimana cara melafalkannya.    
Mengapa memilih permainan? Belajar sambil bermain merupakan suatu cara yang dapat memikat perhatian siswa sesuai dengan dunianya, yaitu bermain. Pada permainan tebak kata ini siswa dengan daya nalarnya sendiri dapat menangkap perbedaan bentuk globalnya (bentuk tulisan secara utuh tiap kata) pada kata-kata terpilih dan sekaligus dapat menyebutkannya (melafalkannya). Hal tersebut hampir serupa dengan contoh konkrit berikut ini: Siswa dapat menyebutkan beberapa nama hewan yang melintas di depannya hanya cukup melihat bentuk tubuhnya tanpa tahu bagian-bagiannya. Bahkan cukup mendengar suaranya siswa dapat menyebutkan nama hewannya.

4.  Analisis Kata
Langkah keempat adalah analisis kata. Langkah ini dilaksanakan dengan cara mecerai beraikan kata-kata terpilih di langkah ke 3 menjadi suku kata-suku kata tanpa diterangkan apa suku kata itu. Guru hanya cukup membaca nyaring terputus-putus sesuai suku katanya dengan diikuti seluruh siswa secara berulang-ulang hingga akhirnya siswa fasih benar.
Mengapa kata perlu dianalisis? Hal tersebut semisal dengan sesuatu yang terlihat dari jauh akan tampak beda bila dilihat dari dekat. Sebab yang jauh bentuk globalnya yang dominan sedangkan yang dekat bentuk bagian-bagiannya yang dominan terlihat lebih dahulu. Demikian juga tentang kata seperti pada langkah ketiga anak hanya melihat kata dalam bentuk globalnya. Padahal pada bentuk yang global itu ada bagian-bagian yang lebih kecil tetapi tak bermakna, yaitu suku kata dan huruf/fonem. Oleh sebab itu agar anak lebih kenal dan mengerti pada pelajaran tentang terbentuknya suatu kata maka melalui analisis kata anak secara tak langsung telah belajar struktur kata yang terdiri dari suku kata yang tidak bermakna. Dengan cara ini anak melalui daya nalarnya sendiri dapat memahami bahwa kata yang tertulis dan yang diucapkannya tersusun dari beberapa suku kata yang tidak memiliki makna.

5.  Main Tebak Suku Kata
Main tebak suku kata merupakan langkah kelima yang dilaksanakan setelah siswa fasih melafalkan suku kata. Suku kata dalam satu kata terpilih di langkah ke 4 ditulis bertukar tempat lalu disuruh tebak kepada siswa bagaimana cara melafalkannya. Atau guru melafalkan salah satu suku kata lalu siswa disuruh menunjukkan bentuknya (tulisan suku kata yang telah ditulis guru di papan tulis).
Mengapa pengenalan suku kata melalui permainan? Daya ingat siswa dapat diperkuat melalui belajar sambil bermain. Permainan menebak bunyi (pelafalan ) suku kata dan bentuk (tulisan) suku kata tanpa menjelaskan fungsi dan maknanya adalah suatu hal yang menarik bagi siswa sebab sebelumnya siswa telah mampu menangkap bentuk globalnya (kata) dan bagian-bagiannya (suku kata) serta telah fasih melafalkannya. Permainan menebak bunyi pelafalan dan bentuk tulisan suku kata dengan mengubah letak urutannya dalam satu kata akan merangsang daya nalar siswa hingga pada pengertian bahwa kata terdiri dari suku kata-suku kata yang tersusun sedemikian rupa dan bila tidak tepat strukturnya akan diperoleh bentuk yang kacau dan tidak memiliki makna, yaitu bukan kata.

6.  Penemuan Pelafalan dan Tulisan Kata-Kata Baru (Bagian Pertama)
Pada langkah keenam ini guru mengupayakan agar siswa mampu menemukan pelafalan dan bentuk tulisan kata-kata baru (baru bagi siswa) dengan menggunakan suku kata-suku kata dari beberapa kata terpilih pada langkah ke 5. Caranya guru memberi contoh bagaimana menemukan kata-kata baru dengan menggabung-gabungkan antar suku kata pada kata-kata terpilih sehingga terbentuk kata-kata yang baru kemudian melafalkannya mulai dari suku kata lalu ke kata. Atau guru melafalkan beberapa suku kata dari suatu kata yang baru lalu menunjukkan tulisannya yang telah ada di papan tulis. Selanjutnya guru banyak menulis kata-kata baru di papan tulis dengan menggunakan suku kata-suku kata dari kata-kata terpilih di langkah 5 tanpa diterangkan dan tanpa dibaca tetapi hanya ditunjukkan dari mana suku kata-suku kata tersebut diambil. Setelah itu guru menyuruh siswa menebak pelafalan dari kata-kata baru tersebut mulai dari suku kata lalu ke kata sehingga semua pelafalan kata-kata baru tersebut dapat ditemukan siswa. Atau guru melafalkan kata-kata baru lalu siswa disuruh menunjukkan tulisan kata tersebut yang telah ada di papan tulis.
Mengapa menggunakan cara penemuan? Penemuan merupakan suatu prestasi yang berharga. Penemuan pelafalan atau tulisan kata-kata baru bagi siswa sangat besar pengaruhnya. Motivasi siswa terhadap pelajaran akan meningkat sehingga mendorong daya kreatifitas siswa untuk mengembangkan kebahasaannya kearah yang lebih baik. Dalam hal ini siswa telah mempelajari cara membangun struktur kata-kata melalui perangkaian suku kata.

7.  Analisis Suku Kata
Pada analisis suku kata, langkah ketujuh ini guru menguraikan suku kata menjadi huruf-huruf/fonem-fonem dengan menggunakan kata-kata baru yang telah ditemukan siswa pada langkah ke 6. Dalam pelaksanaannya siswa diajari cara melafalkan suku kata secara terputus-putus dan kemudian mengeja huruf (bunyi huruf bukan nama huruf). Contoh kata sepatu diceraikan atas suku katanya se-pa-tu dibaca se…pa…tu… kemudian suku kata tersebut dipecah-pecah lagi menjadi huruf-huruf/fonem-fonem, yaitu s-e-p-a-t-u dengan dieja es-e-ep-a-et-u lalu dilanjutkan dengan dibaca esse-eppa- ettu terus dibaca se-pa-tu akhirnya dibaca sepatu.
Mengapa suku kata harus dianalisis? Suku kata adalah bagian dari struktur kata yang tidak memiliki makna tetapi berfungsi membentuk kata. Perkataan adalah bunyi bahasa yang mengandung makna. Kata ketika dilafalkan (dibaca/disuarakan) yang kemudian terdengar pada telinga kita sebenarnya adalah merupakan rangkaian bunyi huruf (fonem) yang berbeda-beda. Memberi latihan melafalkan huruf-huruf secara terpisah-pisah kemudian secara terangkai dalam bentuk suku kata dan kata dengan diulang-ulang akan merangsang daya nalar siswa pada pengertian bahwa tiap-tiap bentuk huruf bila dilafalkan memiliki bunyi yang berbeda-beda (berbeda huruf berbeda pula bunyinya) sehingga secara tidak langsung siswa telah belajar mengenal satuan bahasa yang terkecil yang tidak mempunyai makna tetapi berfungsi untuk membentuk suku kata dari suatu kata, yaitu huruf/fonem.

8.  Main Tebak Fonem
Langkah kedelapan adalah main tebak fonem dengan menggunakan fonem-fonem pada langkah ke 7. Pada bagian ini guru mengadakan permainan dengan siswa melalui permainan menebak fonem (bunyi huruf bukan nama huruf) dengan melakukan tukar-menukar huruf/fonem dalam satu suku kata kemudian dalam satu kata. Dalam hal ini bila guru menunjukkan huruf siswa yang melafalkannya (mengucapkan fonemnya), jika guru melafalkan suatu fonem (bunnyi huruf bukan nama huruf) siswa yang menunjukkan lambang fonemnya (hurufnya) yang ada di papan tulis.
Mengapa dilakukan dengan permainan? Permainan adalah sesuatu yang disenangi siswa. Dengan melalui permainan ingatan siswa terhadap bentuk huruf dan pelafalannya (fonemnya) semakin mantap dalam mengenal perbedaan bentuk huruf dan pelafalannya.

      9.   Penemuan Pelafalan dan Tulisan Kata-Kata Baru (Bagian Kedua)
Pada langkah kesembilan, penemuan pelafalan dan tulisan kata-kata baru ini guru memberi contoh siswa dalam menyusun struktur kata-kata baru dengan menggunakan huruf-huruf/fonem-fonem pada langkah ke 8 kemudian melafalkannya (mengucapkan fonemnya) mulai dari perhuruf lalu ke suku kata kemudian ke kata. Selanjutnya guru banyak menulis kata-kata baru menggunakan huruf-huruf pada langkah 8 tanpa diterangkan dan tanpa dibaca tetapi hanya ditunjukkan dari mana huruf-huruf tersebut diambil. Kemudian guru menyuruh siswa menebak pelafalan kata-kata baru tersebut atau guru melafalkan suatu kata-kata baru lalu siswa disuruh menunjukkan tulisan kata-kata tersebut  yang telah ada di papan tulis mulai dari perhuruf, persuku kata kemudian perkata sehingga semua pelafalan dan tulisan kata-kata baru yang tertulis di papan tulis telah dapat ditemukan siswa.
Mengapa pelajaran langkah kesembilan ini diarahkan pada penemuan pelafalan dan tulisan kata-kata baru? Penemuan pelafalan dan tulisan kata-kata baru oleh siswa yang strukturnya merupakan  penggabungan huruf-huruf/fonem-fonem yang diambil dari huruf/fonem kata-kata terpilih yang telah dipahami siswa sebelumnya adalah merupakan kebanggaan tersendiri pada siswa dalam berlatih mengembangkan kreatifitas kebahasaannya yang dimulai dari satuan bahasa yang terkecil (fonem) lalu ke suku kata kemudian ke bentuk kata atau dari bentuk yang tidak bermakna kebentuk yang bermakna sehingga pada akhirnya melalui kegiatan ini daya nalar siswa akan sampai pada pengertian bahwa fonem-fonem yang tertulis dalam bentuk huruf-huruf dan dilafalkan secara terangkai dan tepat menurut logika maka akan terbentuk suatu struktur fonem-fonem yang memiliki makna, yaitu kata.

10. Mengeja dan Membaca Kata yang Berakhir dengan Huruf Mati
Pada langkah kesepuluh ini siswa belajar mengeja dan membaca kata-kata yang berakhir dengan huruf mati (konsonan) yang huruf-hurufnya terdapat dalam langkah ke 9. Dalam pelaksanaannya kata-kata tersebut pertama dieja perfonem kemudian dibaca persuku kata lalu dibaca secara utuh dalam bentuk kata dengan berulang-ulang hingga siswa fasih benar.

11.Menguji Ulang  Struktur  Kognitif Siswa
Pada langkah kesebelas ini guru membuat/menyusun rangkuman pelajaran di papan tulis yang terdiri dari kata-kata terpilih (langkah ke 3), kata-kata baru (langkah ke 6 dan ke 9) dan kata-kata yang berakhir dengan huruf mati (langkah ke 10). Kemudian guru mengadakan tes lisan atau tes perbuatan kepada siswa dengan menyuruh siswa membacakan atau menunjukkan tulisan kata-kata dalam rangkuman pelajaran.tersebut.
Langkah kesebelas ini hanya sebagai pengulangan untuk memperkuat daya ingat siswa terhadap materi pelajaran yang telah diterima sejak langkah pertama hingga langkah kesepuluh.

12. Pemajangan
Pemajangan merupakan langkah yang terakhir, yaitu langkah kedua belas. Pada langkah ini guru membuat pemajangan pada papan khusus atau kertas karton yang  memuat rangkuman pelajaran (langkah ke 11) dengan meletakkannya di depan kelas yang dapat dilihat dan dibaca siswa.
Kegiatan pemajangan ini bertujuan untuk:
1)  Agar hasil-hasil kegiatan belajar membaca tidak hilang begitu saja.
2)  Agar ada kebanggaan tersendiri pada  siswa  karena temuannya dimuat dalam pajangan.
3)  Agar selalu dilihat siswa sehingga ingatan siswa terhadap bahan pelajaran tetap terpelihara secara utuh.
4)  Sebagai sumber belajar yang setiap saat dapat digunakan lagi.

  
III.  Penutup

1.  Kesimpulan
Penerapan multi metode membaca yang terurai kedalam 12 pola-pola kegiatan belajar membaca yang telah dibahas di atas maka dapat disimpulkan sebagai berikut: yaitu:
1)   Melalui penerapan metode tersebut siswa secara tak langsung diperkenalkan pada pelajaran  tentang struktur bahasa mulai dari yang paling lengkap makna sampai ke yang tak bermakna, yaitu: dari wacana ke kalimat lalu ke kata terus ke suku kata dan     terakhir  ke  huruf/fonem. Dengan demikian materinya bersifat komprehensip dan sistematik.
2)   Melibatkan banyak metode yang tersusun secara  teratur, saling terkait dan saling mempengaruhi serta memiliki tujuan-tujuan yang hirarkis sehingga ada  kesinambungan  penerapan metode dari metode yang pertama sampai ke metode yang terakhir. Hal tersebut memudahkan siswa bernalar terhadap apa yang didengar maupun yang dibacanya. Pendek kata metode yang digunakan bersifat sistematik dan sistemik.
3)  Macam metode yang digunakan pada pola-pola kegiatan cukup beragam, yaitu: Langkah ke 1 metode poster/pajangan tulisan wacana, langkah ke 2 metode berceritera/metode kalimat,  langkah  ke 3 metode permainan/metode kata, langkah ke 4 metode suku kata, langkah ke 5 metode  permainan, langkah ke 6 metode penemuan, langkah ke 7 metode eja (fonem),  langkah ke 8 metode permainan, langkah ke 9 metode penemuan, langkah ke 10 metode   eja (fonem), langkah ke 11 metode kata dan langkah ke12 metode poster/pajangan rangkuman.
4)   Metode membaca yang sarat dengan beragam metode, pola-pola kegiatan dan materi pelajaran yang saling terkait dan berurutan dapat disebut: “ Multi  Metode Membaca Sistem 12 Langkah” yang bersifat komprehensip, sistematik dan sistemik.

2.  Saran
Bagi para akademisi, peneliti dan pemerhati pendidikan hasil telaah ini dapat menjadi informasi baru dalam upaya pengembangan metode membaca. Dan bagi para praktisi (pendidik) dapat sebagai solusi dalam kegiatan mengajar siswa membaca permulaan tanpa buku. Multi metode membaca dengan sistem 12 langkah tersebut penerapannya sangat terkait erat dengan penyusunan materi awal pelajaran yang harus dirancang lebih dahulu sebelum pelaksanaan proses belajar mengajar. Kemudian materi awal tersebut diimplementasikan dan dikembangkan lebih lanjut melalui pola-pola kegiatan belajar membaca sebanyak 12 langkah yang tersusun secara komprehensip, sistematik dan sistemik.

  
BUKU PELAJARAN
MEMBACA PERMULAAN KELAS SATU  SD

AYO, BELAJAR
MENGEJA DAN MEMBACA!

M. RASYAD, S.Pd.SD
GURU SDN CENLECEN 2, PAKONG-PAMEKASAN



KATA PENGANTAR

Alhamdulillah dengan rahmat Allah Yang Maha Kuasa  buku  dengan judul “Ayo, Belajar Mengeja dan Membaca!“ dapat disusun hingga selesai. Penulisan buku tersebut berdasarkan hasil telaah terhadap beberapa metode membaca dan metode lainnya yang kami tulis dalam bentuk makalah dengan judul: “Multi Metode Membaca Sistem 12 Langkah”.
Buku ini berisi kata-kata yang strukturnya terdiri dari fonem-fonem yang sering muncul dalam ujaran anak yang mulai belajar berbicara hingga melewati masa kanak-kanak. Dalam buku tersebut bahan pelajaran membaca disusun secara komprehensip, sistematik, dan sistemik. Dengan cara tersebut diharapkan siswa mudah memahami bacaan dan dapat mencapai hasil belajar yang maksimal.
Selanjutnya demi lebih sempurnanya buku ini sangat diharapkan adanya saran-saran dan kritik yang membangun dari semua pihak untuk sebagai masukan (solusi) yang berharga .
Sebagai akhir kata hanya kepada Allah juga kami memohon petunjuk-Nya. Dan semoga buku ini nantinya dapat bermanfaat bagi kita . Amiin .

                                           Pamekasan (Pakong), 8 Desember 2009
                                                                     Penulis
                                                               M. RASYAD
                                Guru SDN Cenlecen 2, Kec.Pakong, Kab.Pamekasan



DAFTAR ISI
                                                                                                   Halaman
KATA PENGANTAR...…………………......................................1
DAFTAR ISI.......…………………...........….................................2
PENDAHULUAN...........……………………................................3
PETUNJUK PEMAKAIAN........………………..........................4-5
I.   ani mina dan ima.......…....………………...................................6
II.  banu dan bimu.............…...………….........................................7
III. anak pak bene...........…...…………….......................................8
IV. pono dari palu...........…...……………..................................….9
V.  tati dan toha....................………………...................................10
VI. susi kelas satu.................………………...................................11
RANGKUMAN..................…………….......................................12


PENDAHULUAN

Dalam kegiatan belajar membaca permulaan di kelas satu sekolah dasar sering dijumpai beberapa siswa mengalami kesulitan dalam memahami bentuk tulisan dan pelafalan. Salah satu penyebabnya adalah kekurang tepatan penerapan metode.
Selama ini berbagai macam metode membaca dan metode lainnya diterapkan secara terpisah-pisah tidak ada keterkaitan antara metode yang satu dengan yang lainnya serta tidak memperhatikan urgensi metode sehingga pelajaran yang disajikan menimbulkan kesulitan bagi siswa. Dengan demikian bagaimana mempermudah siswa dalam memahami bentuk tulisan dan pelafalan. Jawabnya adalah melalui penerapan multi metode membaca yang merupakan penggabungan dari beragam metode membaca dengan metode lainnya kedalam pola-pola kegiatan belajar membaca yang sesuai dengan modalitas dan karakteristik anak usia SD.
Oleh sebab itu perlu adanya upaya menelaah berbagai macam metode membaca dan metode lainnya untuk memperoleh suatu bentuk metode yang sesuai dengan mudalitas dan karakteristik anak SD. Hasil penelaahan tersebut berupa: “Multi Metode Membaca Sistem 12 Langkah” yang bersifat komprehensip, sistematik dan sistemik.
Berikut ini multi metode membaca tersebut yang tersusun kedalam 12 langkah pola-pola kegiatan belajar membaca, yaitu:
1.   Menyusun Wacana
2.   Menceritakan Isi Wacana Atau Membaca Wacana
3.   Main Tebak Kata
4.   Analisis Kata
5.   Main Tebak Suku Kata
6.   Penemuan Pelafalan dan Tulisan Kata-Kata Baru (bagian pertama)
7.   Analisis Suku Kata
8.   Main Tebak Fonem
9.   Penemuan Pelafalan dan Tulisan Kata-Kata Baru (bagian kedua)
10. Mengeja dan Membaca Kata yang Berakhir dengan Huruf Mati
11. Menguji Ulang Struktur Kognitif Siswa
12. Pemajangan
Dalam buku ini disajikan kata-kata yang sengaja disusun untuk memenuhi penerapan multi metode membaca tersebut yang dalam pelaksanaan kegiatan pembelajarannya siswa hanya dituntun membaca pada langkah 2, 4, 7, dan 10. Sedangkan pada langkah 3, 5, 6, 8, 9, dan 11 siswa diupayakan sedapat mungkin membaca sendiri tanpa dituntun guru kecuali siswa sudah tidak mampu membacanya sendiri. Untuk langkah 1 dan 12 adalah merupakan pekerjaan guru.
Disaat ini penulisan buku dengan judul “Ayo, Belajar Mengeja dan Membaca!” sangat sesuai dengan kata istilah yang sering didengungkan yaitu kata “pembelajaran” yang dulu hanya dikenal dengan istilah “belajar” dimana kata pembelajaran maknanya lebih aktif dari pada kata belajar. Dan istilah pembelajaran lebih menekankan bagaimana cara siswa mempelajari sesuatu (strategi belajar) bukan pada apa yang dipelajari (materi pelajaran). Jadi menurut hemat penulis buku tersebut cocok untuk dijadikan bahan pelajaran membaca bagi siswa yang baru duduk permulaan di kelas satu sekolah dasar.


PETUNJUK PEMAKAIAN

Penyajian materi pelajaran dalam buku ini dibagi menjadi 6 tahap. Tiap tahapnya selalu dimulai dengan kegiatan belajar membaca tanpa buku, dimana siswa langsung mengikuti pelajaran melalui tulisan guru di papan tulis yang langkah-langkahnya terurai di bawah ini. Berikutnya setelah kegiatan tersebut selesai satu persatu siswa disuruh membaca buku bacaan yang dipegangnya setelah selesai siswa diberi tugas membaca buku di rumah.

1.   Menyusun Wacana
Pada langkah pertama ini sebagai persiapan masuk kelangkah ke 2 guru menulis wacana pada secarik kertas untuk diceritakan atau pada papan tulis untuk dibacakan yang bahannya diambil dari buku bacaan ini.

2.   Menceritakan Isi Wacana Atau Membaca Wacana
Pada bagian ini guru bercerita tentang isi wacana yang telah disusunnya pada secarik kertas atau bersama siswa membaca wacana yang telah ditulis di papan tulis dengan dibaca secara berulang-ulang. Setelah itu guru menulis kata-kata terpilih di papan tulis yang diambil dari kata-kata yang ditulis tebal dalam wacana di buku bacaan ini untuk dijadikan materi awal pelajaran pada langkah berikutnya (langkah ke 3).

3.   Main Tebak Kata
Langkah ini dilaksanakan dengan permainan tebak-tebakan kata-kata terpilih yang telah ditulis di papan tulis pada langkah ke 2. Pada permainan tersebut penulisan letak kata-kata terpilih dipertukarkan sedemikian rupa kemudian kata demi kata disuruh tebak kepada siswa bagaimana cara melafalkannya.    

4.   Analisis Kata
Langkah ini dilaksanakan dengan cara mencerai beraikan kata-kata terpilih di langkah 3 menjadi suku kata-suku kata tanpa diterangkan apa suku kata itu. Guru hanya cukup membaca nyaring terputus-putus sesuai suku katanya dengan diikuti seluruh siswa secara berulang-ulang hingga akhirnya siswa fasih benar.

5.   Main Tebak Suku Kata
Langkah ini dilaksanakan setelah siswa fasih melafalkan suku kata. Suku kata dalam satu kata terpilih di langkah 4 ditulis bertukar tempat lalu disuruh tebak kepada siswa bagaimana cara melafalkannya. Atau guru melafalkan salah satu suku kata lalu siswa disuruh menunjukkan bentuknya (tulisan suku kata yang telah ditulis guru di papan tulis).

6.   Penemuan Pelafalan dan Tulisan Kata-Kata Baru (Bagian Pertama)
Pada langkah keenam ini guru mengupayakan agar siswa mampu menemukan pelafalan dan bentuk tulisan kata-kata baru untuk bagian pertama dengan menggunakan suku kata-suku kata pada langkah 5. Caranya guru memberi contoh bagaimana menemukan kata-kata baru dengan menggabung-gabungkan antar suku kata pada kata-kata terpilih di langkah 5 sehingga terbentuk kata-kata yang baru kemudian melafalkannya mulai dari suku kata lalu ke kata. Atau guru melafalkan beberapa suku kata dari suatu kata yang baru lalu menunjukkan tulisannya yang telah ada di papan tulis. Selanjutnya guru banyak menulis kata-kata baru di papan tulis dengan menggunakan suku kata-suku kata di langkah 5 tanpa diterangkan dan tanpa dibaca tetapi hanya ditunjukkan dari mana suku kata-suku kata tersebut diambil. Setelah itu guru menyuruh siswa menebak pelafalan dari kata-kata baru tersebut mulai dari suku kata lalu ke kata sehingga semua pelafalan kata-kata baru tersebut dapat ditemukan siswa. Atau guru melafalkan kata-kata baru lalu siswa disuruh menunjukkan tulisan kata tersebut yang telah ada di papan tulis.

7.   Analisis Suku Kata
Langkah ketujuh ini guru menguraikan suku kata dari kata-kata baru yang telah ditemukan siswa pada langkah ke 6 menjadi huruf-huruf/fonem-fonem. Dalam pelaksanaannya siswa diajari cara melafalkan suku kata secara terputus-putus dan kemudian mengeja huruf (bunyi huruf bukan nama huruf). Contoh kata sepatu diceraikan atas suku katanya se-pa-tu dibaca se…pa…tu… kemudian suku kata tersebut dipecah-pecah lagi menjadi huruf-huruf/fonem-fonem, yaitu s-e-p-a-t-u dengan dieja es-e-ep-a-et-u lalu dilanjutkan dengan dibaca esse-eppa- ettu terus dibaca se-pa-tu akhirnya dibaca sepatu.

8.   Main Tebak Fonem                     
Pada bagian ini guru mengadakan permainan dengan siswa melalui permainan menebak fonem (bunyi huruf bukan nama huruf) dengan melakukan tukar-menukar huruf/fonem dalam satu suku kata kemudian dalam satu kata dari huruf-huruf/fonem-fonem pada langkah ke 7. Dalam hal ini bila guru menunjukkan huruf siswa yang melafalkannya (mengucapkan bunyi hurufnya/fonemnya), jika guru melafalkan suatu huruf (menyebutkan fonemnya) siswa yang menunjukkan hurufnya (lambang fonemnya) yang ada di papan tulis.

9.   Penemuan Pelafalan dan Tulisan Kata-Kata Baru (Bagian Kedua)
Pada langkah kesembilan ini penemuan pelafalan dan tulisan kata-kata baru untuk bagian kedua guru memberi contoh siswa dalam menyusun struktur kata-kata baru dengan menggunakan huruf-huruf/fonem-fonem yang terdapat pada langkah ke 8 kemudian melafalkannya (mengucapkan bunyi hurufnya bukan nama hurufnya) mulai dari perhuruf/perfonem lalu ke suku kata kemudian ke kata. Selanjutnya guru banyak menulis kata-kata baru menggunakan huruf-huruf pada langkah 8 tanpa diterangkan dan tanpa dibaca tetapi hanya ditunjukkan dari mana huruf-huruf tersebut diambil. Kemudian guru menyuruh siswa menebak pelafalan kata-kata baru tersebut atau guru melafalkan suatu kata-kata baru lalu siswa disuruh menunjukkan tulisan kata-kata tersebut  yang telah ada di papan tulis mulai dari perhuruf/perfonem, persuku kata kemudian perkata sehingga semua pelafalan dan tulisan kata-kata baru tersebut yang tertulis di papan tulis telah dapat ditemukan siswa.

10. Mengeja dan Membaca Kata yang Berakhir dengan Huruf Mati
Langkah kesepuluh ini siswa belajar mengeja dan membaca kata-kata yang berakhir dengan huruf mati (konsonan) yang huruf-hurufnya/fonem-fonemnya terdapat dalam langkah ke 9. Dalam pelaksanaannya kata-kata tersebut pertama dieja perhuruf/perfonem kemudian dibaca persuku kata lalu dibaca secara utuh dalam bentuk kata dengan berulang-ulang hingga siswa fasih benar.

11. Menguji Ulang  Struktur  Kognitif Siswa
Langkah kesebelas ini guru membuat/menyusun rangkuman pelajaran di papan tulis yang terdiri dari kata-kata terpilih (langkah ke 3), kata-kata baru (langkah ke 6 dan ke 9) dan kata-kata yang berakhir dengan huruf mati (langkah ke 10). Kemudian guru mengadakan tes lisan atau tes perbuatan kepada siswa dengan menyuruh siswa membacakan atau menunjukkan tulisan kata-kata dalam rangkuman pelajaran.tersebut.

12. Pemajangan
Pemajangan merupakan langkah yang terakhir, yaitu langkah kedua belas. Pada langkah ini guru membuat pemajangan pada papan khusus atau kertas karton yang  memuat rangkuman pelajaran (langkah ke 11) dengan meletakkannya di depan kelas yang dapat dilihat dan dibaca siswa.


1. Belajar Membaca Tahap I
Materi awal pelajaran:
Kata berstruktur huruf: a, i, n, dan m.

 


2. Belajar Membaca Tahap II
Materi awal pelajaran:
Kata berstruktur huruf: u,dan b ditambah huruf-huruf pada tahap I (a, i, n, dan m).



3. Belajar Membaca Tahap III
Materi awal pelajaran:
Kata berstruktur huruf: e dan p ditambah huruf-huruf pada tahap I dan II
(a, i, n, m, u dan b).



4. Belajar Membaca Tahap IV
Materi awal pelajaran:
Kata berstruktur huruf: o dan l ditambah huruf-huruf tahap I, II dan III
(a, i, n, m, u, b, e dan p).



5. Belajar Membaca Tahap V
Materi awal pelajaran:
Kata berstruktur huruf: h dan t ditambah huruf-huruf tahap I, II, III dan IV
(a, i, n, m, u, b, e, p, o dan l). 



6. Belajar Membaca Tahap VI
Materi awal pelajaran:
Kata berstruktur huruf: d dan s ditambah huruf-huruf tahap I, II, III, IV dan V
(a, i, n, m, u, b, e, p, o, l, h dan t).


RANGKUMAN



Peralatan yang Digunakan
  1. Dudukan alat peraga bahan semen dan pasir(merah)tinggi 10 cm dan garis tengah 9,5 cm.
  2. Tiang penyangga bahan buluh bambu (biru) panjang 42 cm dan garis tengah 4 cm
  3. Pikulan peraga dilengkapi cantolan penjepit kertas bahan kayu reng (biru) panjang 33 cm.
  4. Lembaran bacaan untuk pajangan (putih) besar/double folio